Selasa, 12 November 2013

Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme.
contoh penalaran induktif adalah : Kambing punya mata. Kucing punya mata. Ayam punya mata. : setiap hewan punya mata.
penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Induktif terbagi 3 macam,yaitu:
1.      Generalisasi
Pada generalisasi tersebut,peristiwa yang kita kemukakan harus memadai agar yang kita tarik adalah kesimpulan yang terpercaya suatu kebenarannya.
Contoh: Bima adalah tentara yang mempunyai tubuh gagah
                        Bondan adalah tentara yang mempunyai tubuh gagah
                        Generalisasi: semua tentara mempunyai tubuh gagah
Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta.Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. ( Mundiri, 1994 : 127 )
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. ( Gorys Keraf, 1994 : 43 )
Macam – macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan penyelidikan. Contoh : sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan kebenaran bila melalui pengujian yang benar.
2.      Analogi
Dalam analogi, kita membandingkan dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara dua hal yang berbeda.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.


Tujuan dari penalaran secara analogi yakni :
·         Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
·         Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
·         Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh :
Firman adalah seorang altlet lari. Setiap hari dia selalu berlatih keras untuk meningkatkan kemampuan berlarinya. Demikian juga dengan Elan, dia merupakan seorang polisi yang memerlukan fisik yang kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Keduanya membutuhkan mental dan fisik yang kuat untuk bertanding atau mambantu masyarakat melawan kejahatan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan polisi harus memilki mental dan fisik yang kuat dengan cara selalu berlatih.

3.      Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Contoh : Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan tembaga memuai
Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya.sampai pada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu.atau dapat juga kita sampai pada akibat dari fakta itu.Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut :
1)      Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.

Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi.

2)      Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.




3)      Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.

Sumber :


Selasa, 05 November 2013

RESENSI BUKU

·        Judul buku    : Sayap-Sayap Patah
·        Pengarang     : Kahlil Gibran
·        Penerjemah   : M.Ruslan Shidieq
·        Penerbit        : PT. Dunia Pustaka Jaya
·        Cetakan        : ke-9, tahun 2002
·        Tebal            : 132 halaman
Sinopsis :

Buku ini menceritakan tentang bagaimana perasaan hati seorang pria yang senantiasa menjaga amanah dari ayah teman wanitanya, dia hanya ingin selalu menjaga anak perempuannya meskipun cintanya harus dipendam karena wanita itu menikah dengan pria lain. Tepat pada saat itu seorang muncul dari belakang tirai beledu di pintu dan berjalan mendekati kami. Farris Affandi ( teman lama ayahku ) dan aku bangkit dari tempat duduk kami “Ini anak perempuanku Selma “, kata orang tua itu. Ia memperkenalkan gadis itu padaku. Dia bagaikan buku yang tidak pernah bisa kuselesaikan membacanya. Karena setiap kunjungan memberiku makna baru pada kecantikannya dan padangan baru ke dalam jiwanya yang manis. Satu jam berlalu, ,setiap menit adalah satu tahun cinta. Keindahan malam itu berubah ketika kereta yang mengantarkan ayahnya telah kembali dan mengatakan bahwa Selma ada dinikahkan oleh kemenakan Uskup Bulos, Mansour Bey Galib. Aku memberinya semangat meskipun hati ini terasa hancur karena putusan itu hadir disaat cintaku mulai tumbuh “Mari, Selma, mari kita menjadi menara yang kuat di tengah prahara. Mari kita berdiri seperti prajurit gagah berani dihadapan musuh dan menghadapi senjatanya. Jika kita terbunuh, kita akan mati sebagai orang suci, dan jika kita menang, kita akan hidup sebagai pahlawan. Menghadapi halangan dan kesulitan lebih mulia daripada mundur mencari ketenangan. “ ........... Namun semua harus berjalan sesuai takdir yang telah dituliskan, Selma harus menikah dengan dan Mansour Bey. Sisi ketegangan tetap terjadi dikala Selma tetap menemui sang kekasih secara diam – diam. Bahkan Uskup Bulos memerintahkan kepada semua pelayan dan pengawalnya untuk memperhatikan gerak – gerik Selma. Meskipun cinta diantara mereka sangat besar, Selma tetap memilih mengakhiri pertemuan sembunyi – sembunyinya dengan ciuman mesra yang pertama dan terkahir, karena dia tidak ingin sang kekasih merasakan derita yang dia alami. Bertahan dikehampaan cinta sang kekasih, Selma berusaha menjadi istri yang baik. Karena setiap hari Mansour selalu menanyakan kapan Selma dapat memberinya keturunan, meskipun dia sendiri selalu sibuk dengan wanita – wanita yang menjual tubuhnya hanya untuk sepotong roti.

Doa yang tak pernah putus selalu memberikan berita yang baik. Selma hamil, meskipun ketika melahirkan dia harus berjuang antara hidup dan mati. Burung dengan sayap – sayap yang patah tak selamanya mampu bertahan dan akhirnya Selma harus menghadap Sang Pencipta setelah dia melahirkan bayi laki – laki yang usianya hanya sebatas sinar matahari pagi. Semua pengantar jenazah telah pergi, ketika aku bertanya kepada si penggali kubur “apakah anda ingat dimana Farris Effandi dimakamkan ? “ Dia memandangku sambil berkata ….”Disini, aku menempatkan anak perempuan diatasnya dan didada anak perempuan ini beristirahat anaknya…. …..”.

1.      Alur
Novel ini menggunakan alur maju.

2.      Tema
Kasih Tak Sampai.

3.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena penulis menceritakan tentang pengalaman pribadinya.

4.      Tokoh
Kahlil Gibran
Selma Karamy
Faris Effandi Karamy
Uskup Bulos Galib
Mansour Bey Galib

5.      Kelebihan buku ini : Buku ini ditulis dengan kata – kata penuh makna sehingga setiap pembaca harus mampu menguraikan makna dari setiap kata yang ditulis, Sangat menarik.


6.      Kekurangan buku ini : Bahasa yang digunakan sulit dimengerti, terlalu menggunakan bahasa baku.