Nama : Joko Purwanto
Kelas : 3eb23
Npm : 23211854
PENALARAN
DEDUKTIF
Pengertian penalaran deduktif adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Ada 2 cara dalam penarikan simpulan dalam penalaran
deduktif, yaitu penarikan langsung dan penarikan tidak langsung.
1. Penarikan
simpulan langsung
Penarikan simpulan langsung
diperoleh dari satu premis untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan baru.
Contoh :
§ Semua
manusia memiliki agama.
§ Semua
yang beragama adalah manusia.
2. Penarikan
simpulan tidak langsung
Penarikan simpulan tidak langsung
memerlukan 2 premis, premis yang pertama bersifat umum, sedangkan yang kedua
bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung terdapat 2 bagian, yaitu
silogisme dan entimen.
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Silogisme
kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial :
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
Mn : Saya adalah mahasiswa
K : Saya lulusan SMA
Contoh silogisme Kategorial :
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
Mn : Saya adalah mahasiswa
K : Saya lulusan SMA
2. Silogisme
Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh
:
My : Jika tidak ada minuman, manusia akan kehausan.
Mn : Minuman tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan Kehausan.
My : Jika tidak ada minuman, manusia akan kehausan.
Mn : Minuman tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan Kehausan.
3. Silogisme
Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : ibu berada di Yogyakarta atau Bali.
Mn : ibu berada di Yogyakarta.
K : Jadi, ibu tidak berada di Bali.
My : ibu berada di Yogyakarta atau Bali.
Mn : ibu berada di Yogyakarta.
K : Jadi, ibu tidak berada di Bali.
4. Entimen
Entimem
adalah silogisme yang dipersingkat. Dalam kenyataannya tidak banyak yang
menggunakan bentuk silogisme yang lengkap dalam kehidupan sehari-hari. Demi
kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah dipahami, dihilangkan (Guinn
dan Mather, 1987; Suparno 2004).
Contoh
:
Premis
Umum : Semua preman adalah penindas orang yang sedang kesusahan.
Premis
Khusus : Doni adalah seorang preman.
Simpulan
: Doni adalah penindas orang yang sedang
kesusahan.
Entimen
: Doni adalah preman, penindas orang yang
sedang kesusahan.
3. Salah
nalar
Pengertian salah nalar adalah Salah
nalar adalah gagasan, perkiraan atau simpulan yang keliru. Pada salah nalar
kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Kesalahan itu membantu
kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam tulisan. Berikut adalah lima
macam salah nalar.
·
Deduksi yang salah
·
Generalisasi yang terlalu luas
·
Pemikiran (atau ini atau itu)
·
Salah nilai atas penyebaban
·
Analogi yang salah
4. Deduksi
yang salah
Salah nalar yang sangat lazim adalah simpulan yang salah dalam
silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Golput Rugikan
Proses Demokrasi. ( Premisnya: Semua proses demokrasi karena golput hanya merugikan).
Sumber :